RW 015 Pratista Nganjang Ka Sumedang Wisata Desa Panyindangan
Memasuki abad millennium berwisata kini telah menjadi bagian the way of life atau dengan kata lain telah menjadi kebutuhan hidup umat manusia di planet bumi, dan bukan lagi menjadi kegiatan yang mewah, sehingga tidak aneh bahwa kini pariwisata menjadi bagian konsentrasi dari penghasilan devisa sebuah negara termasuk Indonesia. Oleh karena itu tidaklah menjadi heran kini negara – negara sedang berlomba – lomba dan berkompetisi membangun sector pariwisata sebagai tujuan meningkatkan pendapatan ekonomi.
Semasa pandemic COVID 19 sektor pariwisata mengalami yang paling terkena dampak, bahkan hubungan antara sesame terjadi frame block social karena semua orang memilih untuk menyendiri, dimana – mana terjadi travel and event sock. Setelah pandemic COVID 19 ini mereda dan sudah tidak lagi terjadi social distancing, pelonggaran perjalan mulai diperbolehkan. Tiba – tiba datang sebuah ajakan / undangan dari pak Chairul Yani kepada bapak Ketua RW 015 agar mengajak warganya dapat nganjang ka Sumedang. Begitu terdengar ajakan tersebut tidak disia-siakan oleh bapak ketua RW 015 untuk menyusun event dan mengajak warganya, sekaligus me-rejuvenate social and psycho condition bagi warganya. Ajakan tersebut tidak saja disambut oleh bapak Ketua RW, melainkan begitu diumumkan kepada warga berita nganjang ka Sumedang disambut baik oleh Warganya. Akhirnya tepat pada tanggal 10 September 2022 RW 015 Nganjang Ka Sumedang.
Begitu mendengar kata Sumedang pada umumnya hanya tahu dengan tahunya tapi tidak banyak orang tahu Sumedang itu mempunyai potensi dan peninggalan sejarah yang Panjang di tataran Sunda Serta Kawasan alam Tatar Sunda masih dapat ditemui di Kabupaten Sumedang yang terletak 6°49’0″S 107°58’60″E [ 6.8166700,107.9833300 ] dihimpit dari 5 Kabupaten Tasikmalaya, Majalengka,Indramayu, Cirebon, Bandung dan Subang serta Kota Bandung.
Fam trip keluarga besar RW 015 Nganjang ka Kabupaten Sumedang; Kecamatan Buah Dua ini terdapat 14 Desa, Fam trip keluarga besar RW 015 berkunjung disalah satu Desa yaitu; Desa Panyindangan nan elok atas undang bapak Chairul Yani. Tentu undangan ini tidak disiasiakan oleh bapak ketua RW 015 mengajaknya warganya untuk Nganjang ka Sumedang.
Desa senantiasa memberikan pemantik semangat terhadap sebuah perubahan bagi terbentuknya sebuah kota – karena otak – otak kreativetas justru datang sesungguhnya dari masyarakat desa. Orang – Orang Kota sering merasakan bahwa masyarakat desa adalah orang yang terpinggirkan dan tidak pandang sebelah mata, tapi sebenarnya kemakmuran dan pusat energi justru terdapat di Desa yang membentuk peradaban kota.
Desa tentu merupakan ruang public yang exotic sering dilupakan. Inisyative dan ajakan bapak Chairul didorang oleh Bapak Ketua RW015 ternyata tak terduga sekian banyak berkehendak ikut, tapi karena tempat terbatas akhirnya 90 peserta diikutsertakan dalam kegiatan Nganjang ka Kabupaten Sumedang Desa Panyindangan.
Pagi hari tanggal 10 September 2022 sekitar jam 06:00, dua buah bus pariwisata telah siap berada di gerbang RW 015 tepatnya di depan jalan Pratista Raya, panitia dengan berpakaian pangsi dengan iket khas custom Tataran Sunda siap menanti kehadiran peserta, pemberangkatan rencana diberangkatkan tepat jam 07:00 menuju ke Sumedang, ternyata para peserta tidak ada yang terlambat sebagaimana waktu yang telah ditentukan; Ini menunjukan peserta begitu enthusiast mengikuti Fam-trip Nyandang Ka Sumedang.
Setelah di absen panitia ( Dedi dan Jodi ), kemudian Bus Wisata mulai bergerak menuju ke Sumedang melalui Ujung Berung dan tak lama kemudian sudah sampai ke daerah Jatinagor dan menaiki Tol Cisundawu yang sebenarnya sudah masuk ke wilayah administrasi Kabupaten Sumedang, tadi awalnya berjalan tersendat – sendat karena padatnya traffic, tapi setelah masuk ke Tol Cisundawu perjalanan terasa nyaman dan lancer ditambah disuguhkan scenic beauty alam hijau indah terbentang di depan, driver mulai mempercepat kendaraan sehingga hanya beberapa menit sudah sampai ke ujung tol memasuki Cadas Pangeran. [ bila jalan Tol keseluhnya sudah selesai tentu menuju ke Sumedang Kota cukup paling lama di tempuh 30 atau 35 menit ].
Alam Sumedang dan Cerca Peninggalan Saur Sepu.
Ketika memasuki daerah Cadas Pangeran sebuah jalan yang penuh sejarah, driver mulai memperlambat perjalanannya karena kondisi berliku – liku menurun, kalau pun cepat sayang tidak dapat menikmati suatu perjalanan dengan panorama indah hijau sejauh jauh mata memandang, kiri tebing kanan jurang membentang, melewati sebuah Kawasan berliku dengan tikungan turun tajam, sebuah Kawasan indah yang sisi jalan jurang dan tebing dihiasi alam pesona hijau hutan cukup lebat, dengan tebing tumbuh lebat hutan bambu dan pepohonan, Kawasan ini disebut Cadas Pangeran yang tersohor jalan nan indah memiliki kisah bernafas sejarah masah lalu. Bila sungguh – sungguh diperhatikan terdapat dua sosok lelaki berdiri di pinggir jalan Raya Ciherang, di batas Cadas Pangeran. Patung ini istimewa, terletak disebelah kiri bila datang dari Bandung; sepintas tidak mempunyai makna dan kini sudah jarang orang memperhatikan pada hal patung ini menyimpan cerita heroic keberanian seorang bupati menentang kebijakan Gubernur Jendral Kolonial Belanda di awal – awal abad 19. sosok patung dengan tampilan mengenakan topi tricorn berbusana militer lengkap dengan jubah dan pedang mirip sosok perwira militer Perancis era Napoleon di patung tersebut terlihat sasalaman dimana menyodorkan tangan kanan disambut dengan jabatan tangan kiri; laki – laki tersebut berbusana khas Sunda sementara tangan kanannya memegang keris.
Patung ini baru didirikan pada tahun 80 an untuk mengenang keberanian Bupati Sumedang Pangeran Kusumadinata IX atau dikenal dengan Pangeran Kornel menentang perbudakan HW Daendels, Gubernur Jendral Hindia Belanda 1808 – 1811 saat pembangunan Jalan Raya Pos, terutama di daerah Cadas Pangeran. Pangeran Kusumadinata IX dikisahkan tidak tega melihat penderitaan rakyatnya saat pembangunan jalan raya penghubung antara Parakanmuncang dan Sumedang, karena pekerjaan sangat sulit dengan kondisi alam terjal ditambah kontur tanah sangat keras dan bebatuan, apalagi Belanda saat itu dikenal sangat brutal memperlakukan para pekerja jalan tersebut, banyak pekerja tewas Ketika membelah jalan.
Ketika Gubernur Jendral HW Daendels datang melakukan inspeksi di Ciherang. Bupati Kusumadinata menyambut Daendel dan melakukan jabatan tangan dimana tergambar di patung yang terdapat disebelah kanan jalan bila dari Bandung menuju Sumedang, Daendels mengulurkan tangan hendak berjabatan salam, Pangeran Kornel menyambut dengan tangan kiri dan tangan kanan memegang hulu keris yang telah diputar di pinggang dari belakang ke depan, Adapun keris yang pergunakan oleh Pangeran Kornel [ Pangeran Kusumahdinata IX Bernama Keris Naga Sasra.
Note : kisah Daendels pernah ke Sumedang tidak pernah tercatat dalam catatan arsip mana pun [ biasanya semua kegiatan seorang Gubernur Jenderal pada umumnya senantiasa tercatat dengan baik.
Sebetulnya terlepas dari peristiwa yang diurai diatas. Jawa Barat memiliki banyak nama jalan yang terkenal, Jalan Cadas Pangeran merupakan jalan raya nasional yang menjadi bagian dari jalan raya pos yang bentang dari Anyer di Banten hingga Panarukan di Banyuwangi Jawa Timur. Pembangunan jalan tersebut dimulai pada tahun 1808 semasa Gubernur Jenderal Herman Williem yang berkuasa di tanah Hindia Belanda pada tahun 1808 – 1811 yang memiliki Panjang 1.044 kilo meter.
Cadas Pangeran – Sumedang masih dapat menemukan pesan Saur Sepuh :
“ Gunung kain, Gawir Awian, Cinyusu rumatan, Pasir talunan, Lebak kain, Sampalan kebonan, Walung rawatan, Legok balongan, Daratan sawahan, Situ palasaren, Lebur uruseun, Basisir jagaeun “
“ Gunung teu meunang dilebur, lebak teu menang dirusak, larangan teu meunang dirempak, buyut teu meunang dirubah, lojor teu meunang dipotong, pondok teu meunang disambung, nu lain kudu dilainkeun, nu ulah keudah diulahkeun, nu enya kudu dienyakeun “
Kuda Renggong Menyambut Kedatangan
Sungguh tak terasa keindahan alam Cadas Pangeran dan amanah saur sepu masih terlihat tetap terjaga dikawasan ini, selain kenangan sejarah serta membayangkan betapakah beratnya kala itu manusia membangun jalan yang baru saja dilalui. Tiba – tiba adanya suara anak – anak menyerukan itu ada patung kuda. Ternyata sudah mulai memasuki wilayah kota Kabupaten Sumedang, kalau lurus masuk ke kota dan alun – alun Sumedang, sebelum masuk ke kota kendaraan belok ke kiri ada monument patung kuda, tepatnya di Pertigaan Samoja, Kelurahan Pasanggrahan, Kecamatan Sumedang Selatan. “ wah lihat ada kuda seru seorang anak ! ”, tentu dalam hatinya ia bertanya kenapa ada monument kuda, dan memang Sumedang terkenal dengan kuda renggong-nya yang jenaka, disenangi oleh anak – anak, karena kuda renggong pandai menari dan sering dipergunakan oleh orang tua kepada putranya Ketika melakukan circumcision / sunat.
Kuda Renggong adalah sebuah kesenian tradisional memang berasal dari Desa Cikurubuk Kecamatan Buahdua Kabupaten Sumedang yang dikunjungi, kesenian dan keakhlian ini merupakan suatu tradisi masyarakat setempat dan, kini sering dipertunjukan sebagai attraksi termasuk Ketika anak akan di cirumsisi. Permainan kuda renggong bersifat kolektive; Para pemain kuda renggong umumnya adalah laki – laki dewasa terdiri dalam sebuah kelompok, pemimpin kelompok disebut pelatuk dan satu dua orang pemain silat diiringi pemain waditra. Kuda renggong dilatih sedemikian rupa sehinga kudanya mampu melakukan attraksi apa saja sesuai di intruksikan, ini tentu menjadi tonton menarik baik bagi orang dewasa, apa lagi anak – anak. Sungguh bersyukur dapat nganjang ke desa yang terkenal dengan kuda renggongnya selama ini hanya mampu mendengar kesohornya kuda renggong tapi tak tahu darimana asalnya.
Tiba Di Desa Panyindaan.
Tidak lama sekitar 15 menit dari monument patung kuda renggong akhirnya tiba rombong ke tempat yang dituju yaitu desa Panyindangan, tempat Bapak dan Ibu Chairul Yani,.
Begitu rombongan turun disambut oleh beliau bersama isteri di iringi dengan irama gendang dan orgen, serentak peserta ngibing mengiringi irama sambil menuju ketempat venue, sambil colling down. Konsumsi telah dipersiapkan oleh tuan rumah dan mempersilahkan peserta menyicipi hidangan yang tersedia, kopi, tea, pisang, kacang dan buah, tentu tak ketinggalan tahu Sumedang.
Tanpa Basa Basi peserta memang mulai berangkat dari Bandung sudah membayangkan Tahu Sumedang ditambah sekarang sudah di depan mata, ya sudah pasti diserbu apalagi ditambah dengan lepet, tahu isi, pisang rebus dan goreng disertai kacang rebus dan sudah tentu tidak ketinggal cabe hijau dan sambel, mulai ibu – ibu menyerbunya, sedangkan bapak – bapak nya sudah barang tentu kopi dan tea yang tersedia 2 container mulai di serbu, suguhan hebat oleh tuan rumah yang menyediakan finger food yang cukup membuat suasana tambah gairah Nganjang Ka Sumedang Desa Panyindangan
Tak perlu berlama – lama seluruh peserta di tangan masing – masing sudah terhidang snack, tahu, lepet dan kopi duduk santai sambil menikmati alam desa yang tentu sudah lama didambakan dimana selama ini hanya dibisingkan dengan suasana kota yang penuh debu.
Sedang asik – asiknya menikmati hidangan terdengar suara merdu mengumandang menyampaikan rangkaian susunan acara kegiatan Nyangdang Ka Sumedang ini, terdengar ada yang menyeletuk, wah di Pratista ternyata ada MC / pembawa acara yang cantik dengan suara semerdu MC professional yang sering tampil di TV dan atau acara – acara resepsi lainnya, memang hebat panitia mampu talent warga mendapatkan MC Madam Yani yang tidak kalah dengan MC – MC profesional lainnya.
Acara diawali dengan doa, dan yang memberikan doa tak tanggung – tanggung juga dari warga Paratista yaitu Ust Dr. Sunarto. Setelah doa dipanjatkan dilanjutakan sampbutan dari yang punya hanjad bapak Chairul Yani dimana didampingi ibu Chairul. Dalam sambutan diawali denganmengucapkan terima kasih dan selamat datang atas berkenanan hadir di Sumedang “ Wilujeung Sumping ka Mertua Indah Village “ pandai bapak Chairul membangun suasana menjadi hangat yang tadinya cukup serius menjadi cair, disampaikan bahwa acara ini sepenuhnya adalah acara oleh marketers Pratista bapak Arief dan kawan – kawan yang mempunyai acara dan lakon demikian ungkapan singkat dari beliau
Kemudian dilanjutkan oleh Ketua RW 015. Bapak T.A. Mustika memberikan sambutan dan menyampaikan ucapan terima kasih atas undangan yang diberikan dari bapak Chairul Yani, beliau mengatakan sebenarnya yang berkeingan mengikuti datang kekegiatan ini cukup banyak, karena tempat bus terbatas maka dibatasi pesertanya, oleh karena itu ada yang mempergunakan kendaraan pribadi datang ketempat ini, melalui kesempatan ini beliau menyampaikan bahwa dengan kehadiran peserta menunjukan adanya keharmonisan antar anggota RW015 kerena yang ikut kegiatan ini adalah perwakilan seluruh RT yang terdapat di RW015. Mengakhiri dalam sambutannya beliau juga menyampaikan sair yang terdapat dalam lagu Kus Bersaudara “ seperti kata – kata “ oh…oh…kembali – kembali kita bersama-sama lagi, kembali kita bersama-sama lagi sampai akhir waktu akhir waktu nanti “ artinya beliau berusaha agar semua warga tetap menjaga kekompakan dan persaudaraan diantarara warga RW015.
Selesai ketua RW 015 menyampaikan sambutan, MC mulai menyerahkan mic kepada maskeeter RW 015 yang di pimpin langsung oleh bapak Arief dengan tampilan yang khas berpakaian baju hitam – hitam [ baju kampret khas Sunda dengan iket ] mulai mengajak seluruh peserta yang sedang duduk asik menikmati makanan yang tadi diserbu. Seluruh peserta sambil mendengarkan arahkan dari beliau tentang acara yang akan diadakan dan mengajak seluruh peserta untuk dapat berpartisipasi. Secara spontan seluruh peserta mengikuti arahan dari musketeer pratista dan membentuk 3 kelompok berbaris di depan dengan masing – masing kelompoknya.
Setelah kelompok terbentuk disampaikan agar masing – masing membuat kreativitas kelompok dengan berbagai attribute dan property telah disiapkan oleh panitia dan masing – masing kelompok boleh dengan bebas memilih dan mempergunakannya.
Begitu kelompok terbentuk musketeer pratista mulai ber-aksi yang di pimpin langsung team leader pak arief; memberikan pengarahan kepada peserta group untuk membuat kreative dan menunjukan kreativeitasnya.
Setiap kelompok mempersiapkan diri dengan melakukan make up, decoration and formation group siapa berperan apa dan menampilkan apa. Setelah seluruh kelompok telah menyiapkan kelompoknya masing – masing; lalu dilakukan carnival ke keliling venue dan menampilkan kreativenya, diawali oleh kelompok satu dilanjutkan kelompok dua dan seterusnya kelompok tiga, masing – masing kelompok mendapatkan penilaian oleh jury yang telah ditetapkan. Inilah tampilan carnival dan creative groups;
Carnivals group 1, 2 and 3
Disamping adanya kelompok; tidak tertinggal ada pula melakukan penampilan individu yang diperan oleh mascot of fam-trip bapak Eko dengan creativitasnya tampilan custom unik berperan sebagai wadam dengan aksinya senantiasa menganggu pasangan setiap pasangan kelompok dengan kejenakaannya, rupanya carnival ini adalah merupakan cabaret pasangan pengantinan diiringi lengser, dengan kehadiran kejenakaan peran wadam pak Eko membuat suasana tambah riuh dan semarak dengan tawa riang dan gembira baik oleh peserta kelompok dan atau peserta yang ikut menyaksikan carnival ini. Bukan pak Eko sendiri saja melakukan penampilan individu, melainkan ibu. Cicijuga tidak ingin ketinggalan dengan kreasinya sebagai ninik desa dengan payung dan bakul dipinggang ka undangan resepsi atau pergi ke sawah
Kegiatan ini disakasikan oleh para peserta lainnya dengan enthusiast sambil memberikan supporting kepada setiap kelompok untuk menunjukan aksi dan kreativenya, sehingga membuat suasana begitu cair penuh kesukariaan dan kesatuan / kekompakan antar kelompok serta para supporternya.
Setelah berakhirnya kegiatan cabaret carnival, sambil menunggu hasil penilaian dari para jury semua peserta dipersilahkan untuk menikmati santap siang oleh MC / pembawa acara. Peserta rupanya sudah dari tadi menunggu pengumuan ini, peserta sudah tidak sabar menunggu hidangan yang telah disediakan, perut pun mulai keroncongan, sontak semua peserta berdiri, dan peserta carnival bargagas mengganti custom dan bahkan ada yang tak peduli dengan costume / dresser atau make-up yang tadi dipergunakan, lalu menyerbu buffet table setting hidangan yang dipersiapkan, mulai dari appetizer, main course, sampai dengan dessert ; soup, ayam goreng, ikan bakar, , daging, ikan asing, tentu semur jengkol salah satu favourite menu yang membuat tambah merangsang / appetize tidak ketinggal lalap sambal dan petai serta buah – buahan, tea and coffee sebagai dessert.
Santap siang dirancang sedemikian rupa dihidangkan dan atau di setting di pinggir kolom pemancingan dengan latar belakang terbentang sawah yang sedang menguning di hiasi dinding hijau pegunungan, sambil mengamati mereka yang sedang asik memancing dan mendengar triakan kegembiraan mendapatkan ikan hasil pancingan dipinggir kolam, sehingga suasana pedesaan sungguh di dapat, tentu menambah nikmat dan menarik yang belum pernah dirasakan oleh orang – orang kota dan sekaligus meningkatkan rasa lapar bagi peserta yang melahap hidangan sampai tak tersisa, tapi waiter dari dapur tak henti – hentinya men-supply makanan sehingga main course / primary food tidak pernah sampai terlambat senantiasa tersajikan untuk santap siang ini.
Disamping hidangan main course; Tahu Sumedang masih tetap dapat dinikmati yang baru keluar dari kuali, proses penggorengan terletak di saung pinggir kolam, sungguh santap siang ini dirancang begitu serasi di alam terbuka dengan tetap memperhatikan manner table setting hidangan makanan diperhatikan, sehingga tingkat highness tetap terjaga sekalipun diadakan di alam terbuka seperti function cocktail or garden parties orang – orang di kota.
santap siang pun sudah; peserta di minta kembali ke venue ketika tiba di lokasi untuk mengikuti acara yang telah disusun oleh para musketeer guna mendengarkan hasil menilaian siapa yang berhasil menjuari carnival. Sebelum diumumkan group mana yang juara terlebih dahulu disampaikan; bahwa bagi pemenang utama akan mendapat hadiah hand-phone semua peserta langsung tersentak dan sungguh surprise atas informasi tersebut, terpancar di wajah peserta; karena sungguh tidak disangka dan diduga bahwa akan mendapatkan hadiah begitu menarik dan istimewa, sebab Ketika dan atau diumumkan akan melakukan nganjang ka Sumedang atau Ketika keberangkatan tidak pernah diumumkan akan mendapatkan hadiah yang seistimewah ini
Note : Dengan adanya informasi tersebut, dapat kita tangkap dan disimpulkan bahwa keikut sertaan dan participasi mengikuti carnival dilakukan atas dasar adanya rasa kebersamaan dan kerinduan terhadap suatu perjalan dengan tanpa adanya harapkan akan mendapatkan hadiah sebagaimana yang diumumkan
Disamping handphone juga mendapatkan hadiah tambahan berupa parcel bagi seluruh team demikian juga bagi juara ke dua dan ke tiga semuanya mendapatkan hadiah – hadiah menarik bagi seluruh peserta carnival.
Suasana riang belum berakhir dengan hadiah – hadiah yang diperoleh, diinformasikan lagi ada sebuah hadiah yang lebih menarik yaitu sebuah sepeda lipat, sehingga membuat suasana lebih menggema dan riuh gempita memberikan applause kepada tuan rumah dan panitia, karena tidak ada diantara peserta menyangka akan mempunyai hadiah begitu istimewa, tidak ada dalam benak bagi seluruh peserta sebelumanya akan ada hadiah – hadiah istimewa yang akan di dapat dalam kegiatan famtrip nganjang ka Sumedang ini, sungguh surprising !. Hanya ada tapi nya untuk mendapat sepeda lipat ini “ demikian kata panitia. Untuk mendapatkan hadiah istimewa ini, harus mengikuti suatu kompetisi tidak begitu saja untuk mendapatkannya. Tantangan tersebut disambut oleh peserta dan bersedia mengikuti tantangan yang diberikan.
Mulai musketeer pratista ini memainkan jenaka dan trick nya, semua peserta terlebih dikumpulkan di tengah venue dan masing – masing mengambil drawn untuk siapa yang berhak mengikuti kompetisi. Akhirnya dapat keluar lima orang peserta yaitu : 1. Pak Braham; 2. Pak Dedi; 3. Pak Eko; 4. Pak Suprihadi dan 5. Pak Ketua RW TA Mustika. Tapi setelah disampaikan persyaratan untuk dapat mengikuti kompetisi ini, akhirnya pak Braham dan Pak Dedi mengundurkan diri dari kompetisi karena beratnya tantangan yang disampaikan oleh panitia. Akhirnya perlombaan ini hanya diikuti oleh 3 orang peserta, yang siap mengikuti tantangan yang diberikan oleh yang memakai topi amtenar.
Semua pemeran mendapatkan hadiah
Ketiga orang peserta kemudian diajak ke pinggir kolam yang terletak di lokasi belakang panggung kegiatan, ketiga peserta siap – siap mengikuti abah – abah tuan amtenar yang didahului melempar 3 buah bola ping pong kedalam kolam, ketiga peserta tersebut harus mengambil bola ping – pong yang dilemparkannya. Begitu aba – aba di berikan sampai dengan hitungan 3 yang paling aggressive adalah pak Eko langsung start jump seperti seorang perenang
Mark Andrew Spit yang pernah merebut 7 medali emas di Olympiad Munich dari Amerika. Melihat Pak Eko sudah mulai jump start pak Ketua RW tidak mau ketinggalan juga terjun ke kolam disusul pak Suprihadi, akhrinya ketiga – tiga nya berhasil meraih bolah ping – pong yang dilemparkan oleh Meneer Amternar yang penuh creative dan jenaka.
Ketiga peserta Kembali ke venue disakasikan oleh para peserta famtrip, ke tiga – tiga mulai di tutup mata dan diajak keliling sebentar kemudian ditugaskan wajib harus menghabiskan makan kerupuk yang digantukngkan di leher seperti sebuah liongtin besar yang awalnya diperagakan oleh ibu – ibu kemudian di ganti oleh bapak – bapak, kerupuk liongtin wajib dihabiskan oleh ketiga peserta yang tergantung di masing – masing ibu dengan mata tertutup dan tangan terletak dibelakang. Kegiatan tersebut membuat suasana tambah seruh dan ramai yang ditampilkan oleh ketiga peserta yang berlomba – lombah meraih kerupuk dengan mulut dengan dukungan para supporter
Setelah ketiga peserta berusaha keras untuk memenangkan kompetisi makan kerupuk dengan mata tertutup tangan dibelakang, akhirnya jury menetapkan bapak Suprihadi berhasil keluar memenangkan kompetisi dan berhak mendapatkan hadiah utama berupa sebuah sepeda yang dipersembahkan dari bapak Charul Yani.. Semula dari rankaian ini diperkirakan akan berakhir sampai disini, tenyata masih belum berakhir ibu – ibu tidak ingin ketinggalan menunjukan kebolehannya dengan menampilkan Fashion show bagaikan seorang ladies fashion jalan di catwalk.
Mendapatkan hadiah Sepeda dari pak Chairul Yani sebagai pemenang makan kerupuk
Semula dari rankaian ini diperkirakan akan berakhir sampai disini, tenyata masih belum berakhir ibu – ibu tidak ingin ketinggalan menunjukan kebolehannya dengan menampilkan Fashion show bagaikan seorang ladies fashion jalan di catwalk. Selesai fashionshow seluruh peserta yang mengikuti carnival; masing – masing kelompok mendapat hadiah dari bapak dan ibu Chairul Yani termasuk yang mengelar fashion-show.
Selesai fashionshow seluruh peserta yang mengikuti carnival; masing – masing kelompok mendapat hadiah dari bapak dan ibu Chairul Yani termasuk yang mengelar fashion-show. Ternyata tidak hanya orang dewasa anak – anak pun tidak ketinggalan mendapatkan hadiah dari atas kedikutsertaan mereka yang mau turut berwisata ke desa yang biasanya bila anak – anak diajak ke desa senantiasa tidak mau, kalau diajak ke mall mereka akan lebih senang, tapi ternyata mereka tidak merasa bouring, selama dari pagi sampai sore anak – anak bermain riang di alam pedesaan yang mempesona serta santap siang yang begitu nikmat dirasakan oleh mereka, dimana anak – anak biasa kini sudah western tongue.
Dengan tampilan fashion-show berakhirlah seluruh rangkaian acara dan siap – siap untuk Kembali ke Kota Bandung, tapi ternyata belum cukup sampai disitu, seluruh peserta sebelum Kembali disuguhkan mie baso, tentu ini merupakan favourite ibu – ibu dan bapak – bapak, tidak mau ketinggalan mie baso yang dihidangkan di serbu dan disantap wah rasanya segar sekali kata beberapa orang peserta. Mie baso telah kenyang disantap barulah semuanya mulai lemas karena kekenyangan, kemudian semua berkumpul dan saling bergandengan tangan mendendangkan lagu perpisahan diiringi dengan lagu “ Kemesraan “ , barakhirlah sudah seluruh rangkaian kegiatan nganjang ka Semedang desa Panyindangan yang penuh kenangan dan cinta serta terbangunya self, think and group efficiency bagi seluruh warga pratista RW 015
Buah Tangan / Oleh-Oleh Sumedang
Rupanya peserta belum puas bila ke Sumedang tidak mempunyai buah tangan untuk bawa pulang terutama ibu – ibu, bila belum ada karesek ditangan untuk bawa pulang belum cukup sudah melalukan suatu perjalan wisata, akhirnya semua berhenti ditempat oleh – oleh kuliner tahu untuk dibawa pulang ke rumah. Memang bagaikan suatu keharusan bila ke Sumedang orang yang ada di rumah dan atau tetangga akan menanyakan mana oleh – oleh tahu Sumedang, tapi tidak pernah di tanya sekali pun ke Amsterdam tidak pernah di tanya mana klappeertaar; bitterbalen atau ke Paris tidak pernah di tanya mana menara Eifel, sekalipun ke Itali tidak penah ditanya mana oleh – oleh pizza, disinilah populernya tahu Sumedang yang sangat melegenda terkenal sampai keujung dunia. Puas berbelanja akhirnya semua peserta Kembali naik bus pariwisata Kembali menuju ke Bandung dan sepanjang jalan pulang ke Bandung disiram hujan dan akhirnya baru tiba di Bandung diperkirakan sekitar jam 19:40. Berakhirlah sudah perjalan wisata desa Nganjang ka Sumedang.
Siapa bilang berwisata ke desa itu kampungan dan tidak membuat kita maju, ternya berkunjung ke desa memberikan suatu pedantic dan aura flora yang dapat memberikan Kesehatan dan terasanya hubungan manusia dengan alam .
Siapa bilang berwisata ke desa itu kampungan dan tidak membuat kita maju, ternya berkunjung ke desa memberikan suatu pedantic dan aura flora yang dapat memberikan Kesehatan dan terasanya hubungan manusia dengan alam .
Mengenal Sumedang Rangka Untaian Perjalan
Berakhirnya Nganjang ka Sumedang tiada salah bila untaian kisah kegiatan dan perjalan diakhir dengan mengenal Kabupaten dan sejarahnya lebih dekat yang diturunkan beriringan dengan untaian perjalanan ini.
Nganjang ka Desa Panyindangan Mengenal Sumedang
Nnganjang ka Desa Panyindangan mengenal lebih dekat Kabupaten Semudang, Sumedang walau pun begitu dekat dengan Kota Bandung tapi tidak banyak tahu tentang Kabupaten satu ini selain yang banyak dikenal hanya tentang tahunya. Luas wilayah Kabupaten Sumedang mencapai 155.871,98 hektar terdiri dari 26 Kecamatan 270 desa dan 7 kelurahan. yang sebagian besar wilayahnya adalah pegunungan kecuali di sebagian kecil wilayah utara berupa dataran rendah.
Dalam catatan Sejarah bahwa Sumedang tercatat suatu Kerajaan yang cukup tua berdiri datar Sunda, sudah berdiri sejak abad ke 8 Masehi, tapi baru berdaulat di abad ke 16 Masehi. Kerajaan Sunda tidak se-populer kerajaan dan tidak menonjol sebagaimana kerajaan – kerajaan Demak, Mataran, Banten dan Cirebon. Namun dalam literatur sejarah keberadaan kerajaan ini memberikan bukti sejarah yang sangat kuat pengaruhnya di masyarakat Sunda, terutama dalam penyebaran islam di Jawa Barat sebagaimana yang dilakukan oleh kerajaan Cirebon dan Kesultanan Banten.
Makna dan Filosophy Insun Medal Insun Madangan
Masyakat pada umumnya masih bercocok tanam / petani, sedangkan populasi manusia sekitar 1 juta dengan luas han 153.124 Bila Ketika mau masuk ke Kota Sumedang maka dapat di temui sebuah monument mahkota, tentu akan bertanya – tanya monument mahkota siapa dan kenapa mempergunakan mahkota, untuk mengetahui itu tentu bagi yang ke Sumedang sedikit banyak berkeinginan mengetahuinya.
Filosophy Insun Medal Isung Madangan magna / artinya kami lahir untuk menerangi, lahir senantiasa memberi manfaat bagi umat manusia dan daerahnya. Masyarakat pada umumnya masih bercocok tanam / petani, saat ini populasi manusia berkisar satu juta manusia. Kata – kata yang sering di dengar kata Sumedang Larang dimana arti kata Larang bermakna Jarang atau Datar.
Kerajaan di Sumedang merupakan kerajaan dan memiliki suatu perjalanan yang Panjang, sebelum terbentuknya sebuah kerajaan bernama kerajaan Sumedang Larang, dimana sebelum nama Sumedang cikal bakal bernama Kerajaan Tembong Agung yang didirikan oleh Prabu Aji Putih,
Ketika berpindah kekuasaan kerajaan kepada putranya berganti menjadi Himbar Buana dan kemudian berganti menjadi Kerajaan Sumedang Larang, Sumedang dulunya merupakan dibawah kekuasaan Kerajaan Padjadjaran. Ketika Kerajaan Padjadjaran runtuh,mewariskan Kerajaan Padjadjaran ke Sumedang berikut menyerahkan ke empat orang Kandaga Lante beserta symbol kerajaan berupa mahkota Binokasi. Pada saat itu kekuasaan Kerajaan Sumedang Larang semakin luas sebagai warisan dari Kerajaan Padjadjaran. Sepeninggal Prabu Geusa Ulun, kekuasaan Kerajaan Sumedang Larang melemah yang akhirnya menyebabkan banyak wilayah melepas diri dari kekuasaan Kerajaan Sumedang Larang yang akhirnya kekuasaannya hanya meliputi Parakanmuncang, Bandung Sukapura saja, berakhirnya kerajaan Sumedang Larang, ketika Kerajaan Mataram memperluas kekuasaannya sampai ke wilayah Jawa Barat dan Sumedang memilih tunduk menjadi bagian dari kekuasaan Kerajaan Mataram dengan status bukan sebagai kerajaan. Kerajaan di tataran Sunda dapat dikatakan berakhir pada 1579 dan merupakan sejarah paling Panjang pengaruh Budha di Indonesia yang lamanya berkisar 909 tahun. Singkat kata bila ingin mengetahui sejarah Kerajaan Sumedang dapat ditemui di kitab kuno, carita Parahyangan serta Catatan wijeung Camanik tahun 1479, Warga Jagad serta berbagai references dan bukti sejarah atau artefact yang di temui tersimpan baik di museum yang terdapat di Sumedang sebelah Gedung Negara, dan merupakan Gedung tertua Sumedang Larang Sri Manganti yang didirikan pada tahun 1706.
Note :
Berdasar catatan sejarah Sumedang dahulunya mempunyai kerajaan yang benama Kerajaan Tembong Agung. Kerajaan ini dipimpim oleh Prabu Galuh Hadji Adji Puti atau yang dikenal Nama Adji Pura Sumedang, nama kerajaan ini kemudian berubah menjadi Kerajaan Sumedang Larang pada masa pemerintahan Prabu Tadjimalela. Kerajaan Sumedang Larang mancapai puncak kejayaannya Ketika dipimpin oleh Angka Widjaya atau Prabu Geusan Ulun secara system pemerintahan. Prabu Geusa Ulun menerapkan system pemerintahan. Penobatan Prabu Geusa Ulun sebagai pemimpin Sumedang Larang dilakukan oleh Prabu Siliwangi pada tanggal 22 April 1578.
Prabu Tadjimalela yang dipercaya sebagai pendiri, awal keraton Sumedang Larang, merupakan kerajaan Sunda di Jawa Barat pada abad ke 8. Kerajaan hancur 199 tahun [ masa budha yang paling lama di Indonesia ]
Dengan adanya akses jalan Tol Cisundawu dimungkinkan akan terjadi perubuhan fungsi ruang dan infrastruktur bukan saja pendekatan Geology Tourism Perspective akan terjadi perubahan peran dan gerak yang sangat significant di dukung dengan resources and budaya yang ada geological serta geographies aspect nanti akan melihat dan mengetahui suatu situasi – activities – event sebagai dasar untuk mengetahui yang sering kita sebut sebagai potensi dan akan terjadi penggeseran social dan aktivitas
Mengetahui dan menguasai sejarah mampu memberikan pemikiran manfaat dalam berbagai bidang seperti pengetahuan, inspirasi, profesi, edukasi, Analisa, hiburan dan pedoman Dalam pepata Sunda menyampaikan;
Hana nguni hana mangke tan hana nguni tan hana mangke aya ma beuheula aya tu ayeuna hanteu ma baheula hanteu tu ayeuna hana tunggak hana watang tan hana tunggak tan hana watang hana ma tunggulna aya tu catangna Amanat Galunggung | Ada dahulu ada sekarang bila tidak ada dahulu tidak akan ada sekarang karena ada masa silam maka ada masa kini bila tidak ada masa silam tidak akan ada masa kini ada tonggak tentu ada batang bila tidak ada tonggak tidak akan ada batang bila ada tunggulnya tentu ada catangnya |
Ungkapan diatas merupakan ungkapan : Sunda Kuna Amanat Galunggung, yang merupakan amanat Rakeyan Darmasiksa, Raja Sunda yang memerintah tahun 1175-1297 untuk semua keturunan orang Sunda.
Kegiatan nganjang ka Sumedang juga merupakan suatu rangkaian sejarah bagi setiap orang, sejarah merupakan hidupnya sendiri atau kelompok. Apa, siapa, dan bagaimana berbagai peristiwa bergulir, silih berganti dalam setiap episode kehidupan. Peristiwa yang dialami seseorang akan menjadi sejarah tersendiri yang bisa jadi menjadi sangat spektakuler baginya demikian juga nganjang ka Sumedang