Perjalan Muhibah Perwujudan Gedung Sate Sebagai Museum
Masa terus berpacu takkan lelah, Jejak-jejak sejarah, teruslah melangkah, Peristiwa adalah anugerah, Membawa berkah yang berlimpah, Museumku Gedung Sate, Di sana temukan makna masa lalu Yang tak lapuk oleh waktu, Menuju peradaban yang maju, Gedung Sate ku yang akan menjadi Museum dan menjadi tempat berguru, Menuju Peradaban yang maju.
Gedung Sate sebagai Icon Jawa Barat yang berdiri kokoh dengan ciri khas berupa ornamen – ornamennya terutama tusuk satenya sehingga tak heran gedung ini lebih dikenal dengan nama Gedung Sate. Gedung yang dibangun sejak tahun 1920 berwarna putih dengan beratap sirap berdiri kokoh nan indah dan anggun dikenal tidak saja ditanah Pasundan tapi juga diseluruh tanah air dan bahkan manca negara.
Gedung Sate memiliki magnetic kewibaan dan keindahan Kota Bandung sehingga seluruh wisatawan tidak mau ketinggalan untuk mengabadikan diri di depan gedung ini sebagai kenang-kenangan di sebuah gedung artifact yang berdiri kokoh terawat rapih nan indah dan konon keindahan gedung ini sebagai maestro dari gedung-gedung lainnya dibelahan benua planet bumi ini. Gedung yang berbentuk neoclassic design architecture telah menjadi perhatian bagi dunia architecture yang dibangun sejak zaman Hindia Belanda pada abad ke 20 sebagai colonial architectural dengan gaya modern classic traditional dengan rancangan Dutch Rationalism and Modern dengan kekhasan ornamen-ornamennya terutama pada tusuk sate nya sehingga Gedung ini disebut gedung sate sejak awalnya.
Gedung Sate awalnya dikenal sebutan GB [ Gouvernement Bedrijven ] yang peletakan batu pertamanya oleh Yohana Atherina Coops putri sulung Walikota Bandung ketika itu B. Coops dan Petronella Roelefsen yang mewakili Gubernur Jenderal Batavia JP Graaf van Limburg Stirum pada tanggal 27 July 1920 sebuah gedung yang merupakan hasil perencanaan sebuah tim yang terdiri Ir J Gerber seorang architec muda lulusan dri Fakutas Teknik Delft Nederland, Ir Eh De Too dan Ir G Hendriks serta pihak Gemeente van Bandoeng yang diketuai oleh Kol Pur VL Slors dengan melibatkan 2000 pekerja dan 150 orang diantaranya akhli pemahat bongpay pengukir batu nisan dan pengukir kayu berkebangsaan China yang berasal dari Konghu atau Kanton serta tukang-tukang dari kampung Sekeloa, Kampung Coblong Dago, Kampung Gandok dan Kampung Cibarengkok yang menggarap / mengerjakan gedong Sirap kini Kampus ITB dan Gedong Papak Balai Kota Bandung, Pembangunan ini gedung ini memakan waktu selama 4 tahun dikerjakan termasuk berhasil diselesaikan kantor pusat PTT [ Pos Telopon dan Telegraf, Konon gedung ini tidak terlepas dari masukan maestro arsitek Belanda Dr Hendrik Petrus Barlage termasuk Ir Muda Indonesia
Kini Gedung Sate Akan Dijadikan Museum
Sudah setahun lamanya berbagai FGD telah dilaksanakan, pada tanggal 13 Mei 2017 rombongan pelaksana Gedung Sate kembali untuk melakukan finalisasi persiapan dan penelurusan data sejarah Gedung Sate. Berangkat rombongan untuk ke dua kalinya team pertama telah menyelesaikan penulusuran dan kemudian merancang penyusunan konsep museum Gedung, Rombong kedua yang di pimpin langsung oleh ; 1. Riyadi selaku Kepala Biro Umum Setda Pemda Jabar, 2. Diding selaku Kepala Bagian Aset Biro Umum Setda Jabar; 3. Anton Kepala Subbagian Perencanaan Kebutuhan Barang, pengadaan, Penyimpanan dan Distribusi Bagian Aset Biro Umum Setda Jabar, 4, Dini Selaku Bagian dari Kearsipan dan Perpustakaan 5. Ida Mahmuda dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Propinsi Jawa Barat melakukan muhibah dan penulusuran materi – materi serta melihat langsung tempat pengambilan dan membangun jejaring dengan Leiden University dan Arsip Nasional Belanda serta mengunjungi museum guna mendapatkan phenomena museum di negeri Kincir Angin [ Belanda ] dan Perancis di Paris serta mengunjungi ke KBRI kedua negara untuk mendapatkan petunjuk dan arahan untuk mengetahui tentang berbagai aspek terutama tentang kondisi museum disana
Selaku Chief de mission mimpin rombongan berangkat pada tanggal 13 Mei 2019 dengan mempergunakan penerbangan Qatar Airline dan tiba di Belanda Keesokan harinya sore hari. tamggal 14 Mei 2017.
Pagi hari seluruh rombong dipimpin langsung oleh Riyadi selaku Kepala Biro Umum Setda Pemda Jabar menuju ke KBRI untuk mengadakan pertemuan dan di terima oleh Fist Secretary KBRI Noira Solani, dalam pertemuan tersebut, telah dijelaskan maksud dan tujuan dari kedatangan rombongan selain melakukan melapor diri, dan sekaligus menindak lanjuti surat yang telah dikirimkan terlebih dahulu sebelum rombongan tiba di Belanda. Dalam pertemuan tersebut dihasilkan bahwa KBRI Den Haag akan memberikan perhatian dan mendukung penuh dari perencanaan yang akan dilakukan oleh Pemerintah Daerah untuk menjadikan Gedung Sate menjadi sebuah Museum yang mempunyai nilai sejarah tinggi baik untuk kepentingan negeri Indonesia dan juga Belanda, dimana Gedung Sate baik di zaman Hindia Belanda dan sampai kemerdekaan memegang penting terhadap pembangunan dan pengembangan kota terutama Kota Bandung.
Gedung Sate yang merupakan perpaduan Seni Architecture Indise European Architecture yang pada zaman itu adalah merupakan suatu keberanian luar biasa oleh architecture nya dengan suatu concept neoclassical modern classic traditional yang pada zaman itu adalah tidak lazim dan ini tentu merupakan suatu keberanian terhadap perpaduan seni dan budaya achitecture yang dirancang oleh Gerbeer dan maestro arsitek Belanda Dr Hendrik Petrus Barlage merancang Gedung Sate yang kemudian menghasilan subuah design Architecture yang sangat monumental dan indah sampai kini yang akan kemudian akan dijadikan sebuah museum kekinian dengan didukung dengan sarana multi media – demikian disampaikan langsung oleh bapak Riyadi dan mendapatkan sambutan positive dari ibu Nora.
Kunjung dan Explore National Archief
Archip National Netherland memang gudangnya arsip yang tersimpan baik dan rapih terutama tentang sejarah Indonesia dikatakan kalau disusun buku-kunya diperkirakan sekitar 130 km panjangnya dan menjadi tempat perburuhan sejarah khususnya Indonesia juga dunia.
Setelah selesai mengunjungi KBRI rombong yang dipimpin langsung Kepala Biro Umum Setda Pemda Jabar Riyadi didampingi Diding Kepala Bagian Aset Biro Umum Setda Jabar serta peserta lainnya melanjutkan perjalan dan melakukan kunjungan ke Arsip Nasional Belanda dan diterima langsung oleh Drs JC [ John ] Van Langen selaku Programamanager Gedeel Cultureel Erfgoed dan disampingi oleh Nico Van Horn dari KLTV selama di arsip nasitonal Belanda rombongan mendapatkan penjelasan dan pembahasan cukup lama tentang sejarah Gedung Sate serta bentuk kerjasama yang dibahas antara Kepala Biro; ” Ryadi dan Van Langen ” yang kemudian dilanjutkan melihat perpustakaan serta mengexplore kumpulan arsip yang terdapat di arsip Nasional Belanda – di conduct langsung oleh Van Langen selaku Programamanager Gedeel Cultureel Erfgoed , dari hasil pertemuan tersebut disampaikan bahwa Arsip Nasional Belanda akan memberikan dukungan dan mempersilahkan kepada Pemda Jabar melakukan explorasi tentang materi yang terdapat di arsip nasional Belanda dan pihak arsip nasional akan memberikan dukungan penuh serta mengaprisiasi Gedung Sate akan dijadikan sebuah museum yang tentu akan menjadi salah satu pusta hidup bagi dunia selain akan menjadi tempat kunjungan wisata.
Setelah diajak keliling dan sekaligus memberikan penjelasan dan memperlihatkan data peta sejarah city site plan ketika itu kepada rombongan peserta kemudian diajak mengunjungi sebuah ruang pamerang yang diadakan oleh National Archief Belanda secara digital serta kumpulannya yang dapat diexplore langsung, peserta diberikan masing-masing sebuah tablet yang langsung connect dengan internet, rombongan mendapat guidance dan di conduct how to explore, tentu rombongan tidak mensiasiakan untuk mengexplorasi materi serta mencoba, karena nanti gedung ICT nya akan memper-menper seperti yang ditampilkan di National Archief Belanda bagi pengunjung dapat membaca dan mendapatkan langsung serta searching materi guna mengetahui tentang sejarah Gedung Sate last and present yang tersimpan secara digital sebagaimana yang ditampilkan di National Archief ini.
Kepala Biro Umum Riyadi dan Kepala Biro Bagian Aset Diding serta Anton selaku Sub bagian Perencanaan Kebutuhan Barang cukup lama mengamati dan melakukan searching serta fungsi serta flow dari exhibition archive yang terdapat di National Archive Belanda ini sampai akhirnya semuanya harus terlambat makan karena cukup lama mengexplore dan asip merekam data hal-hal yang kelak akan dibawa pulang ke Indonesia dari archive nasional ini.
Karena waktu rombongan harus meninggalkan lokasi Archive Nasional, kemudian dipilih untuk mengunjungi kampung nelayan sambil untuk bersantap siang, kunjungan ke Kampung ini guna melihat secara langsung bagaimana menggarap suatu desa wisata, sebagaimana dapat diterapkan di Jawa Barat terutama Kota Bandung, mengingat selain museum Gedung Sate kelak dibangun tentu perlu adanya suatu destinasi yang tidak jauh dari Gedung Sate yang telah memberikan suatu magnetic pengunjung tentu hal ini tidak cukup hanya Gedung Sate perlu ada variant destination yang tidak jauh dari Gedung Sate, mengingat di daerah Jalan Diponegora telah terddapat 2 museum yaitu Geology dan Filatelies Museum ditambah Gedung Sate akan menjadi 3 Museum sehingga perlu dipikirkan juga perlu other tourist interest yang tidak jauh agar dapat dikunjungi dan menarik yang lebih bersifat communities base development seperti kampung wisata.
Leiden University Menjadi Menjadi Study Kajian
Leiden Universty is best university in Continental Europe for Arts and Humanities yang sudah sangat bersahabat di telinga bagi orang indonesia dan ini menjadi university andalan dan kebanggaan bila kita dapat menempuh studi di perguran tinggi ini yang didirikan sejak tahun 1957, Leiden University adalah merupakan Royal Families University, Leiden University merupakan perguruan tinggi world ranking university dan Universitas tertua di Belanda
Pagi hari pada tiga sesuai schedule dan appoitment peserta berangkat menuju ke Universitas Leiden yang bergensi ini untuk mengunjungi dan melakukan pertemuan dan mengexplore serta mencoba melakukan pengambilan berbagai data yang diperlukan. Setiba di perguruan tinggi ini rombongan langsung diterima dan melakukan proses administrasi agar dapat masuk dan mengambil data dengan terlebih dahulu diberikan tanda anggota yang gunanya kelak dapat melakukan akses langsung mensearching materi maupun data yang diperlukan.
Dalam kunjungan ini rombongan diterima oleh Mevrouw Keunen selaku Public Relation dari Universitas ini, rombongan diterima dan diajak keliling ke perpustaan dan melihat dan mencoba melakan pengambilan data disebuah ruangan tempat pengambilan data archife khusus disimpan disana. Mevrouw Keunen. sempat berbincang-bincang dengan ketua rombongan Ryadi dan memberikan kesempatan kepada rombongan untuk mengexplore melalui pengambilan data melalui internet bagi seluruh anggota Leiden University Leiberary yang telah diberikan kepada peserta Jawa Barat.
Setelah melihat dan mencoba pengambilan data melalui computer dengan nomor akses yang diberikan, kemudian rombongan diajak mengunjungi sebuah ruang perpustakaan ASEAN yang baru bangun terletak di lantai paling atas dan melihat presentation room, setelah mendapatkan penjelansan dilanjutakan melihat koleksi buku – buku dari negara ASEAN termasuk Indonesia, acara dilanjutkan ke ruang perpustakaan guna peminjaman buku-buku yang diperlukan serta cara-caranya. Pada kunjungan kali ini yang paling penting bahwa pemda Jawa Barat telah terbangun suatu kerjasama dan mendapat keanggotaan untuk masuk mengakses keperpustakaan Leiden University dan mengambil data dan peminjaman bilamana dipandang perlu. kedatangan team ke Leiden University mampu melihat fungsi peran kerja, penataan archief dimana kelak Gudung Sate selain berfungsi Gedung Pemerintahan juga sebagai Museum yang perannya sebagai perpustakaan dan tempat kunjungan wisata.
Setelah mengexplore seharian rombong mencoba mengunjungi kampung wisata Volendam, sambil santap siang dan melihat suatu pengaturan terhadap suatu kawasan yang mampu dijadikan tempat kunjungan wisata, yang menurut Ryadi di sekitar Gedung Sate juga memliki perkampungan yang bukan tidak mungkin dapat dibangun sebuah perkampungan wisata, mengingat disekitar Gedung Sate yang kelak akan berfungsi sebagai mesuem dan sekitarnya sudah terdapat museum Geology, Museum Filateli tentu bila dibangun kampung wisata akan sangat menarik dengan suatu lapangan bulova demikian disampaikan dalam diskusi dengan beliau, Dikampung wisata banyak dapat dipelajari dan diterapkan kemudian di Bandung guna meningkatkan dan daya tarik wisata guna mengisi program pembangunan nasional
Malam hari peserta kembali ke Hotel dan melanjutkan diskusi tentang hal-hal apa yang telah dan belum di dapat selama di Belanda karena keesokan hari rombongan akan berangkat menuju kota Paris ditempuh setengah hari perjalan.
Setelah breakfast peserta telah mempersiapkan diri dengan bahan yang telah dipersiapkan berangkat menuju ke Kota Paris melalui negara Belgium, di Belgia peserta sempat berhenti istirahat, memang di negeri ini rombongan tidak melakukan expedisi dan hanya istirahat santap siang dan melihat berbagai gedung-gedung heritage yang terdapat di Belgia,
Rombongan tiba di Kota Paris malam hari dan langsung menuju ke hotel melalui trafic yang begitu padat dan tidak kalah padatnya seperti ibu Kota Jakarta, sudah jalannya tidak lebar-lebar seperti di Jakarta, tapi sekali pun trafic cukup padat pengguna jalan cukup tertib dan tidak saling berusaha mendahulukan satu sama yang lain, rupanya di Kota Paris pengguna lalu lintas dapat dikatakan mempergunakan budaya Sunda, mangga di payun bila kita ingin meminta jalan duluan, walau pun kami menanyakan apakah anda senang melihat jalan di Paris sambil mengejek macetnya jalan-jalan di Paris tidak seperti di Belanda.
Pagi hari peserta berangkat menuju ke KBRI di Paris selain datang untuk melapor diri sekaligus melakukan kunjungan dan untuk mendapatkan pemberitaan dan masukan dari KBRI serta arahan dan menyampaikan maksud
Setiba di KBRI Ketua Rombongan sempat melakukan berbincang-bincang dengan Timmy Setya dari protocal KBRI yang telah bertugas selama 35 tahun di KBRI, dan tentu dalam pertemuan tersebut beliau memberikan banyak sekali dan terjadi perbinjangan yang cukup lama dengan Ryadi selaku Kepala Biro Umum Setda Pemda Jabar
Kunjungan ke Museum Louvre
Setelah dari KBRI peserta langsung menuju ke Museum, Louvre Museum ( Paris ) adalah museum seni terbesar di dunia dimana terdapat koleksi-koleksi seni, dan kegiatan pameran yang menarik dari museum Louvre yang dikunjungi oleh rombongan dikarenakan sebenarnya awalnya museum ini juga memang bukan dirancang untuk sebagai museum dan mungkin ini dapat dijadi suatu perbandingan dari Gedung Sate. Museum Louvre yang awal dibangun bukan diperuntukan museum. Museum Louvre Paris awalnya dibangun sebagai benteng sekitar tahun 1200 dan direkonstruksi lagi sekitar tahun 1650 untuk penggunaan pribadi raja. Pada tahun 1793 kaum revolusioner Prancis telah memutuskan bahwa ini seharusnya menjadi museum nasional pertama Prancis. Memang rombongan tidak melakukan explorasi diseluruh sudut dari museum ini karena museum dapat dikatakan sebagai museum raksasa yang membentang hampir setengah mil (750 meter)
Yang Menarik Museum Louvre
Museum Louvre dengan sebuah halaman yang luas Pintu masuk ke Louvre Museum Paris terdapat sebuah piramida kaca, salah satu simbol kota yang paling jelas dan apa yang menjadi daya tarik tersendiri karena tidak ada album foto Paris yang sepertinya lengkap tanpa itu. Perhatikan kontras antara struktur kaca modern dan interior klasik dan seberapa baik cahaya alami mengalir melalui kaca besar yang dirancang secara geometris. Museum Louvre mempunyai tujuh sub-galeri yang secara jelas ditentukan oleh konten mereka. Yang pertama memegang beberapa barang antik terpenting dari dunia kuno Mesir. Yang kedua didedikasikan untuk Antiquities dari timur jauh. Bagian ketiga dari Museum Louvre (Paris) dikhususkan untuk periode Yunani dan Romawi sementara yang lain difokuskan pada semua jenis Patung. Kelima dan yang paling banyak ditonton menyimpan banyak lukisan terkenal sedangkan keenam ini didedikasikan untuk Dekorasi Seni. Yang ketujuh dan terakhir adalah tentang Seni Grafis dan kurator
Dari hasil kunjungan tersebut tentu akan mendapat berbagai pelajaran khususnya untuk Museum Gedung Sate kelak terutama bagi bagaimana cara dan fungsi serta flow, maupun curator akan bekerja menata Museum Gedung Sate, dan satu hal yang menarik jumlah pengunjung yang begitu besar sehingga bila hendak mengunjung ke museum tersebut diperlu bila mau beli ticket entre dibutuhkan kurang lebih akan memakan waktu sekitar 2 jam dan ini juga dapat menjadi antisipasi oleh operation management Gedung Sate dikemudian hari. kunjungan / rombangan yang melakukan explore museum Louvre tentu telah mencatat semua; baik environment lingkungan museum, design serta fungsi letak maupun operation Gedung Sate bila nanti dioperasikan sebagai museum.
Author: Nicolaus Lumanauw
Categories
Tags
-
Pingback: Milana Travis