COVID 19 Mengakibatkan Travel Chaos Pariwisata
The United Nations World Tourism Organization has launched a new campaign in response to the Covid-19 pandemic, #TravelTomorrow
Saat ini Pandemi virus corona telah mengubah tatan kehidupan manusia sehari-hari yang belum pernah terjadi di planet bumi ini. Pandemi ini paling cepat menyebar baik virusnya maupun beritanya, sehingga timbul suatu pertanyaan kelak perubahan besar apa yang akan terjadi? Bagaimana sosok tatanan kehidupan global setelah pandemi Covid-19 berakhir?
Dalam krisis inilah yang terbaik dari kita masing – masing muncul depan, karena tanpa krisis, setiap angin adalah belaian. Berbicara tentang krisis berarti mempromosikannya, dan tetap diam dalam krisis adalah meninggikan konformisme. Sebaliknya, mari kita bekerja keras. Mari kita akhiri satu-satunya krisis yang mengancam ini, yaitu tragedi tidak ingin berjuang untuk mengatasinya.
Dengan perubahan yang begitu cepat dan masif keseluruh pelosok planet bumi ini untuk melakukan prediksi adalah sangat sukar sekali, sekalipun menurut kami oleh para scientist walaupun didukung dengan suatu technology sekalipun terhadap berbagai permasalahan global baik dari aspek ecology, mau pun eco harmonic qibermatic yang mampu memprediksi dengan tepat atau akurat.
Kecepatan penyebaran pandemi COVID-19 serta informasi tidak terlepas dari peran kemajuan technology dan ilmu pengetahuan sehingga informasi penyebaran yang tercepat dan terluas diabad ini selama manusia tinggal di bumi, yang sebelumnya belum pernah terjadi. Berita – berita maupun informasi bahkan sampai dengan hoax berkeliaran setiap detik di gelombang frequency dengan begitu cepat, penyebaran sebuah pandemic yang juga begitu cepat
COVID 19 kini telah menjadi trending-topic di seluruh dunia mulai dari masyarakat dan media, dari petani, buruh, politisi, Ustadz, Kyai, Pendeta, Biksu sampai Presiden. Dengan demikian Kepala pemerintahan dan Daerah harus turun tangan untuk menyelesaikan COVID-19 ini.
BAGAIMANA DENGAN BIDANG PARIWISATA
Sebagai bidang penyumbang devisa terbesar negara ini, yang mencapai USD 19,2 miliar (tutup buku 2018) kalahkan migas pariwisata sumbang devisa terbesar usd19,2 miliar), kini nasib pelaku pariwisata, sepertinya terlupakan, yang kelak juga diharapkan kepada para pelaku pariwisata ini dapat melakukan spin-up terhadap recovery economic, baik secara direct dan indirect-income terhadap perekonomian serta economi rakyat. Perlu diketahui bahwa tidak semua pelaku pariwisata memiliki tabungan yang cukup untuk bertahan selama pandemi ini. Banyak pelaku pariwisata juga merupakan personal activities / business dengan penghasilan informal.
Sebagai bidang penyumbang devisa negara terbesar, nasib para pelaku pariwisata akan yang paling menyedihkan, sepertinya terlupakan. Tidak semua pelaku pariwisata memiliki tabungan cukup untuk bertahan selama pandemi ini
Perlu diketahui, pelaku pariwisata merupakan bidang usaha yang akan paling lama dan paling parah menghadapi dampak pandemic COVID-19 ini. Bagaimana dengan perhatian dari pemerintah dan kalangan masyarakat yang melakukan penggalangan bantuan untuk yang tidak mampu, apakah ada terlintas dan terpikirkan dengan kelompok ini, mungkin terlupakan kerena kelompok ini tidak pernah berteriak-teriak dan melakukan demonstrative action padahal mereka sudah menderita lebih daripada para OJOL … (ya mungkin mereka orang pariwisata biar dimaki atau menderita pun tetap tersenyum. red ).
Sebagai bidang penyumbang devisa negara terbesar, nasib para pelaku pariwisata akan yang paling menyedihkan, sepertinya terlupakan. Tidak semua pelaku pariwisata memiliki tabungan cukup untuk bertahan selama pandemi ini, yang kini dapat dikatakan dengan 0 income. Mobil rental, sopir bus dan kenek, karyawan hotel dan karyawan restoran terimbas PHK, Tour Guide, Tour leader / Operator, karyawan Tour dan Travel, serta pengusaha-nya, pramugari/pramugara bahkan pilot yang terimbas pengurangan penerbangan, ABK dan Nahkoda yang tidak bisa berlayar karena pengurangan jadwal kapal, porter-porter bandara dan pelabuhan yang mengandalkan arus penumpang. Semua sudah tidak ada pemasukan sama sekali dan nyaris dirumahkan sejak 2 bulan ini, kondisi ini akan dialami paling lama dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya. Dampak ekonomi nasional carrier (penerbangan) sudah menghentikan operational nya yang sudah mencapai 75 % tidak terbang, karena dalam satu kali terbang untuk pesawat Boeing diperkirakan harus menghabiskan satu miliar rupiah lebih.
PERTANYAAN
Permasalahan ini bagaimana perlu adanya kepedulian terhadap perkembangan ekonomi di bidang ini yang dampaknya dapat melumpuhkan perekonomian tidak saja nasional tapi juga regional terutama bagi destinasi wisata. Karena bila seluruh sektor pariwisata ini menjadi lumpuh akan menjadi permasalahan besar dikemudian hari, karena sektor ini yang didengung – dengungkan akan mengantikan sektor non migas lainnya, serta dalam program pemerintahan saat ini telah menetapkan sektor pariwisata diharapkan dapat menjadi locomotive economy Indonesia dengan melalui berbagai peraturan yang telah dilakukan serta telah menetapkan 81 kawasan strategis pariwisata nasional serta 10 new Bali dan KEK Pariwisata, kesemuanya ini tentu sudah juga menghabiskan dana tidak sedikit untuk meluncurkan program tersebut diatas. Oleh karena itu Qualities Sumberdaya Manusia yang telah dibangun berpuluh-puluh tahun kemudian harus turut collapse, dan dampaknya akan lebih luar biasa baik untuk sekarang dan yang akan datang.
APAKAH HANYA KELOMPOK OJOL (Ojak Online) YANG MENDERITA
Ya memang betul dan tidak ada yang disalahkan selama ini hanya memperhatikan OJOL pada hal ada sektor lain yang dilupakan, saat ini seakan – akan hanya kelompok OJOL yang menderita pada hal masih ada yang lebih menderita. OJOL besar dan kecil masih ada penghasilan sedang di sektor pariwisata seperti Guide, tours operator adalah 0 income.
Perkiraan Bisnis tidak akan mampu normal sebelum vaksin dan obat yang proven efektif 95% mampu menyembuhkan Covid-19 ditemukan, waktu yg realistic adalah 18 bulan, tapi ada kemungkinan sampai 15 bulan [menurut perkiraan para ahli] ini untuk business umumnya tapi untuk bidang pariwisata. Perusahaan yg saat ini sakit akan mati dan perusahaan yang saat ini sehat akan comma...!!, akan diperkirakan untuk 2 tahun kedepan bagi bidang pariwisata akan mengalami demand collapse dan supply collapse.
Bagi para OJOL, besar atau kecil masih tetap bisa memperoleh penghasilan, sedangkan di sektor pariwisata seperti guide, tour operator adalah ZERO income.
Sampai kini di Indonesia hotel yg stop operation sudah mencapai lebih dari 1000 hotel, resort sudah mencapai ratusan ( besar mau pun kecil ), penerbangan sudah ratusan frequency stop flight, national carrier sendiri sudah sekitar 75 % stop flight ( karena cost penerbangan ) satu jam terbang untuk BOING butuh miliaran rupiah
TRAVEL CHAOS
Sejak 178 tahun yang lalu pariwisata dunia dan perjalan yang dimulai dari Thomas Cook mulai dikenal. Perjalan wisata tidak terlepas dari sebuah wilayah atau destinasi daerah kota maupun negara yang membawa seseorang melakukan perjalan kemana pun. seiring dengan COVID 19 atau adanya pandemic tentu permasalahan perjalan yang memindahkan seseorang dari suatu tempat ketempat yang lain tentu menjadi suatu yang sangat crucial, sebagaimana diketahui masalah COVID 19 penyebarannya adalah melalui manusia yang melakukan perjalanan melalui darah, laut, sungai dan udara, sehingga traveling mendapatkan perhatian yang sangat serius untuk menghindarikan menyebarnya virus corana ini. Perkembangan pariwisata berkembangan dan menyebar cepatnya seperti cepatnya virus corona sehingga tak heran Tourism Industrial Boom di seluruh planet bumi ini bagaikan k ecepatan menyebarnya COVID 19
Traveling pun sangat dipengaruhi perkembangan teknologi di bidang tranportasi, baik transportasi darat, laut maupun udara yang mewarnai permulaan abad 19. Ditunjang dengan pesatnya pembangunan akomodasi perhotelan di beberapa negara dan kota‐kota besar di dunia. Sehingga memudahkan orang untuk melakukan perjalanan.
Dalam dunia traveling pun dikenal alat pembayaran, technology dan perjalanan. diantaranya adalah pengganti uang tunai. Berbentuk cek perjalanan (Traveler’s cheques). Cek perjalanan pertama kali dikeluarkan tanggal 1 Januari 1772 oleh London Credit Exchange Company untuk digunakan di 90 kota di Eropa. Kemudian pada tahun 1874, Thomas Cook mengeluarkan ‘catatan melingkar’ (circular notes) yang dioperasikan dengan cara cek perjalanan. Antara tahun 1950‐an dan 1990‐an, cek perjalanan menjadi salah satu cara utama agar orang mengambil uang untuk berlibur di luar negeri tanpa risiko yang terkait dengan membawa uang besar dalam jumlah besar. Beberapa merek traveler’s cheque yang paling dikenal adalah Thomas Cook Group , Bank of America, dan American Express. Sayangnya, penggunaan cek perjalanan telah menurun sejak tahun 1990an, ketika berbagai alternatif hadir, seperti kartu kredit , kartu debit , dan mesin ATM. Menjadi lebih banyak tersedia dan lebih mudah bagi para pelancong untuk menggunakannya. Cek perjalanan tidak lagi diterima secara luas dan tidak mudah dicairkan, bahkan di bank yang mengeluarkannya.
Bentuk lainnya yaitu Surat Giro atau Pos giro yang pernah mengalami masa gemilang dalam sejarah finansial Eropa. Giro adalah suatu cara pembayaran yang hampir merupakan kebalikan dari sistem cek, berupa surat perintah untuk memindahbukukan sejumlah uang dari rekening seseorang kepada rekening lain yang ditunjuk dalam surat tersebut.
Tentu timbul pertanyaan apa hubungan tulisan ini tentang dengan uraian tersebut tentang Uang Technology dan Perjalanan. ini menjadi sangat penting untuk diperhatikan oleh para stakeholder, perubahan apa yang akan terjadi setelah COVID 19, ??? tentu ini pertanyaan dan perlu diprediksi, baik oleh pemerintah maupun para pelaku pariwisata. Untuk hal tersebut dapat diperkirakan akan terjadi 3 perubahan (changes) dibidang pariwisata diantaranya adalah 1). Technology 2). Management 3). Social Change. untuk ketiga perubahan tersebut akan dilanjutkan pada article atau tulisan mendatang yaitu tentang Skenario dan Dampak COVID 19 Terhadap Industri Pariwisata.
[divider]
Against COVID-19 Donation
Bantuan anda akan meringankan beban mereka
Dalam upaya memerangi dampak pandemi COVID19, pasrtisipasi anda merupakan bentuk peran serta dalam membangun keperdulian masyarakat terhadap keberlangsungan pariwisata Indonesia.
Donasi dapat disalurkan melalui Rekening ETSDC – Nicolaus Lumanauw: