Asosiasi Pariwisata Perlu Menyusun Panduan Travel New Normal
Dari hasil temu video conference pada tanggal 2 Mei 2020 tentang Bincang Business bersama stakeholder pariwisata [ ASITA ] Menparekraf Wisnutama Kusubandio mengharapkan dan mendorong biro perjalan wisata memperhatikan dan memiliki plat form digital dan memperhatikan rutinitas dan kehidupan New Normal. memperhatikan hasil tersebut bagaimana harus dilakukan oleh para stakeholder terutama biro perjalan wisata.
Setelah pemberitahuan habisnya PSBB atau lockdown condition dipandang perlu untuk kedepan dikaluarkannya atau mereview kembali task to job oleh anggota Assosiasi Perjalan, suatu panduan baru untuk di sebut kegiatan normal baru. untuk mencapai tujuan tersebut dalam menyusun pedoman diperlukan mendapatkan bantuan oleh para engineer dan medis tentang hal yang ingin di capai terhadap semua nilai – nilai dari mulai pengurangan potensi penyebaran COVID 19 dengan kebijakan pembersihan yang ditingkatkan dilingkungan kerja hingga menerapkan hal – hal seperti figure physical distancing serta sentuhan permukaan / media yang rawan terhadap penyebaran COVID 19. serta aspek ITC dan Digital Technology yang terdapat di dunia business pariwisata.
Asosiasi bersama Pemerintah perlu menyusun panduan baru mulai dari stakeholder pariwisata serta terhadap client serta wisnus maupun wisman. diperlukan panduan ini sekaligus menyampaikan untuk diketahui bahwa industri perjalan / hospitality industri Indonesia memiliki standard yang tinggi dengan memberikan pelayanan paripurna / total satisfaction and care standard yang dibuat dan atau disusun untuk diketahui juga oleh para pengembil kebijakan baik politik dan pemerintah serta masayarakat sama – sama mengetahui tentang suatu standard yang diberikan atau diterapkan, terutama terhadap kepuasan serta perlindungan konsumen / client terhadap resiko corona virus. selama ini sebagaimana yang pernah disusun baik dalam Amex Services, kiwi service, Pesona service standard pelayanan yang selama ini diberikan untuk Indonesia yang telah disusun dalam sebuah buku biru, dan mungkin khususnya Biro Perjalan yang baru – baru sudah tidak pernah mengetahui tentang standard yang ditetapkan, dan atau kita semua pun sudah lupa dan perlu di refresh kembali. (untuk menyusun standard tersebut dulu telah mengahabiskan sekitar 3 juta Australian Dollar) ditambah pula Kementerian Pariwisata juga menyusun tentang standard operating yang pernah disusun, telah sekitar 78 jenis standard – standard tersebut kemudian dipergunakan oleh para assessor, hasil penyusunan kesemua itu perlu di review kembali dengan New Normal after COVID 19.
Kenapa aspek pelayanan tetap penting di New Normal di bidang pariwisata tidak hanya dengan pendekatan technology, karena sebagaimana diketahui ICT technology just make the work better, sedangkan Digital technology know human being better. dulu human like a machine, now human make a machine like a people. perlu diperhatikan oleh mereka yang di bidang pariwisata perlu melakukan antisipasi hal tersebut diatas, karena industri pariwisata different with other industry behavior, industri pariwisata harus menjadikan machine like a machine, people like a people. ” Machines will never able concurred human being, yes machine is smart, machine is stronger, machine is faster, but machine doesn’t have any feeling, and haven’t any value but the people have. so we can’t make a machine like human being.” Pariwisata bukan sebagai sebuah laboratory dan manusianya tidak dapat dijadikan sebagai kelinci percobaan, tentu akan ada yang menjawab kita saat ini tidak mempergunakan IT technology, tapi mempergunakan Digital Technology untuk pariwisata untuk itu dapat saya katakan bahwa IT Technology we compare with muscle, Digital Technology compete with brain. but service need with human touch. because human have a feeling, concern and love. IT dan Digital Technology tidak memiliki itu.
Saat perjalanan dibuka kembali, para pelancong perlu percaya diri, dan dipercayakan bahwa langkah-langkah keamanan sudah dilakukan sejak mulai dari pemberangkatan mereka baik dari rumah mau pun dari daerah maupun negara, untuk itu dipandang perlu untuk diadakan kesepahaman atau joint agreement / statement dari pemerintah dengan WHO, dengan UNWTO, IATA, IMO, WTCF, IHRA, PATA dan organisasi terkait lainnya, karena COVID 19 ini melanda seluruh dunia. sampai saat ini kita semua masih bergulat dengan gagasan tentang bagaimana dan kapan perjalanan akan dimulai dan aman serta seperti apa kelanjutannya. oleh karena itu organisasi nirlaba berusaha melakukan stimulasi dan pengkajian yang kemudian dapat memberikan arahan dan praktek terbaik bagi industri pariwisata, yang kemudian membuat para wisman dan wisnus tidak berpotensi gelisah dan merasa aman Assosiasi yang bergerak di bidang pariwisata perlu merekomendasikan kepada keluruh tenaga kerjanya / karyawan memperkuat praktik kebersihan serta mengambil tindakan pencegahan seperti membatasi kontak fisik antara staff dan passenger, guest and client with the physical distancing, dan membangun station pembersi mulai dari office dan mengunakan disinfectant terhadap penyebaran COVID 19, khususnya membersihkan dipermukaan sentuhan tinggi. khusunya bagi hotel – hotel perlu memperbaiki kebijakan kebersihan mereka dengan penerapan technology hotel seperti penyemprotan electronic dengan disinfectant setingkat rumah sakit dan plat form interval kekosongan 24 jam anara masa inap tamu, dan mungkin dari pihak public health perlu lebih pro active dan bila memungkinkan SG clean terdapat diseluruh public area yang dapat memberikan wisatawan / pengunjung tenangan Sejak pandemic ini pemerintah maupun NEA [ National Environment Agency ] telah menyerukan dan meluncurkan 7 Kebiasaan Kebersihan Umum yang Baik”, untuk mengingatkan anggota masyarakat tentang pentingnya menegakkan praktik kebersihan pribadi yang baik, dan untuk menanamkan rasa tanggung jawab yang lebih besar terhadap kebersihan ruang bersama, khususnya di tempat yang tinggi. lalu lintas ruang publik seperti toilet umum, pusat jajanan, dan ruang komunitas. Meskipun kebiasaan ini tidak lengkap, mereka mewakili beberapa langkah sederhana setiap hari yang dapat dilakukan setiap orang untuk bertanggung jawab secara sosial, dan berkontribusi terhadap standar kebersihan pribadi dan publik yang lebih baik di sekitar kita. Anggota masyarakat didorong untuk mengadopsi “tujuh kebiasaan” berikut dari praktik kebersihan publik yang baik setiap saat terhadap 7 Kebiasaan Kebersihan :1. Jaga kebersihan dan bebas hama;2. Kembalikan baki dan jaga kebersihan meja;3. Jaga toilet tetap bersih dan kering;4. Cuci tangan secara teratur dengan sabun;5. Ukur suhu tubuh dan periksa ke dokter jika tidak sehat;6. Gunakan jaringan saat bersin atau batuk; dan7. Tempat sampah dan jaringan yang kotor. Tanda Kualitas kebersihan perlu diluncurkan oleh para stakeholder Untuk meningkatkan praktik kebersihan yang baik ke tingkat nasional, dan para stakeholder pariwisata dapat mendukung dan menjalankan SG Clean ditempat usaha masing – masing